Simak Skill yang Paling Dibutuhkan Pekerja di Era Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia telah mengakselerasi kehadiran teknologi digital dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Pemenang Women in ICT-Channel Asia Award 2020 Nadia Alatas mengungkap bahwa kebutuhan untuk menyiapkan talenta di bidang teknologi khususnya data science dan artificial intelligence (AI) kian mendesak. Hal ini menurutnya perlu menjadi perhatian kalangan perguruan tinggi dan stakeholders lainnya guna membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Terlebih, laporan “The Future Job of Report 2020” oleh World Economic Forum (WEF) menemukan terjadinya adopsi teknologi oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. “Hal ini mengindikasikan tentang mendesaknya kebutuhan pekerja antara lain di bidang data science dan analytics, artificial intelligence (AI) dan machine learning specialist, big data analytics, internet of thing (IoT) specialist, serta digital marketing specialist,” ungkap Nadia Alatas dalam keterangannya, dikutip pada Sabtu (17/7/2021).

Sejalan dengan dengan itu, laporan Bank Dunia yang berjudul “Prospek Ekonomi Indonesia: Mempercepat Pemulihan” yang dirilis pada Juni 2021 juga menyoroti tentang masih minimnya lapangan kerja yang layak dan berkualitas untuk mendorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Dari sisi permintaan, ada ketidakselarasan antara kapasitas angkatan kerja berpendidikan tinggi dengan kebutuhan industri. Gelar diploma atau sarjana tidak lagi menjadi jaminan, jika tidak mampu mengikuti cepatnya dinamika industri. Laporan ini merekomendasikan strategi reformasi untuk mengatasi tantangan terkait pekerjaan, antara lain melengkapi tenaga kerja Indonesia untuk memiliki pekerjaan kelas menengah dengan berinvestasi dalam membangun sistem pembelajaran dan pelatihan serta berbagai program untuk meningkatkan keterampilan pekerja.

Laporan tersebut juga mendorong lebih banyak perempuan ambil bagian dalam angkatan kerja dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Nadia menekankan perlunya lulusan perguruan tinggi bahkan karyawan perusahaan melakukan up-skilling dan re-skilling agar cepat beradaptasi dengan kebutuhan pasar industri yang mengadopsi teknologi mutakhir.

Sebab, menurut dia, masih ada kesenjangan yang lebar antara kebutuhan industri atas talenta bidang data science dan AI dengan ketersedian yang disiapkan oleh dunia pendidikan. Artinya, saat ini perguruan tinggi mempunyai tantangan guna menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Meski begitu, kini sejumlah perguruan tinggi sudah mulai menyadari hal ini. Ketua Program Studi Matematika dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung Dr. Erwina menjelaskan bahwa data science dan AI merupakan teknologi teraktual yang digunakan hampir semua bidang.

Karena itu, pihaknya mulai mengenalkan teknologi ini di kampus. Menaikkan keterampilan mahasiswanya menjadi bagian program pelatihan bekerja sama dengan lembaga pembelajaran. “Melalui program-program tersebut, diharapkan bukan hanya alih pengetahuan semata, tetapi menjadi pengalaman dalam penerapannya. Serta yang tidak kalah penting adalah menyiapkan sertifikasi agar diakui industri ketika menyelesaikan perkuliahan,” ucapnya.

Di sisi lain, pandemi juga menjadi momentum bagi para pegiat usaha lokal, khususnya UMKM lokal, untuk beradaptasi dan mencapai lebih lewat kanal digital. Baca juga: Akan Interview Kerja? Ini Soft Skill yang Perlu Ditunjukkan ke HRD Pandemi mendorong masyarakat semakin mengandalkan platform digital seperti Tokopedia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengingat bertransaksi online bisa menjadi alternatif untuk mengurangi penyebaran virus di tempat ramai. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.

Daftar email Fenomena ini turut mendorong jumlah pengguna aktif bulanan Tokopedia yang meningkat lebih dari 10 juta, dari 90 juta pada awal pandemi menjadi 100 juta pada Mei 2021. Head of Data Analytics Business Intelligence Tokopedia Charlie Tjandra menyebut, dari jumlah penjual yang tergabung di Tokopedia saat ini menjadi lebih dari 11 juta penjual, hampir 100 persen adalah UMKM, bahkan 94 persen penjual berskala ultra mikro. “Artinya ada peningkatan sebesar lebih dari 3,8 juta dari 72 juta penjual sejak sebelum pandemi Januari 2020 lalu. Berbagai kenaikan ini berbanding lurus dengan kebutuhan akan talenta digital yang semakin tinggi, termasuk di bidang data science dan AI,” bebernya. “Mengingat kondisi pandemi telah membuat digitalisasi dan teknologi bukan lagi sekadar nilai tambah, tetapi berkembang pesat emnjadi sebuah kebutuhan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” sambungnya.

Sumber : kompas.com

Share:

Facebook
Pinterest
LinkedIn
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

Follow Our Social Media

Get The Latest Updates

Subscribe To Our Newsletter

No spam, notifications only about new products, updates.